Jerman
merupakan sekutu dari Turki selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Setelah
berakhirnya perang akbar tersebut, pihak Jerman menderita rasa malu dan
kepedihan yang amat dalam atas kekalahan yang telah mereka alami dan penghinaan
dari Sekutu si pemenang. Hal ini ternyata berlaku pula bagi orang-orang Arab
yang merasa dikhianati oleh janji-janji palsu Inggris dan Prancis akan
kemerdekaan mereka. Banyak dari pejuang-pejuang terbaik Arab dan Muslim yang
tewas dalam pertempuran demi membela Sekutu, dan kini mereka menuntut hak-hak
mereka yang selama ini terabaikan. Situasi yang suram ini dimanfaatkan oleh
para strategis Jerman untuk menentukan posisi geopolitis mereka dalam melawan
imperialisme-plutokratik dan merapat lebih dekat lagi kepada bangsa-bangsa
Timur Tengah yang tertekan. Sebabnya adalah sederhana: mereka mempunyai musuh
yang sama: pihak Sekutu Barat (Inggris, Prancis, Amerika dan lain-lain).
Para strategis Jerman ini termasuk pula adalah Karl Haushofer dan Otto Strasser
yang sangat menginginkan adanya "kekuatan ketiga" di Eropa yang
sama-sama menjadi oposan dari kapitalisme dan komunisme. Minat utama para
strategis ini adalah untuk memenangkan kaum "tidak berpunya" (yang
selama ini tertekan) melawan kaum "berpunya". Latar belakang ini
ternyata kemudian membuat beberapa di antara orang-orang Jerman tersebut yang
masuk Islam setelah mendalami lebih jauh akan sumber utama dari kebudayaan Arab
yang mereka teliti.
Dengan bangkitnya gerakan Nasional-Sosialis di Jerman, bermunculan
pula tokoh-tokoh politik baru di Jerman yang menyuarakan statemen-statemen
tentang Islam yang sangat kontras dengan keyakinan umum yang berlaku saat itu
di Eropa. Tokoh-tokoh ini termasuk pula adalah Adolf Hitler dan Heinrich
Himler! Sepeti apa pandangan-pandangan mereka tentang Islam? Mari kita lihat
contoh salah satunya di bawah:
AMIN AL HUSEIN DAN PASUKAN NAZI
1.Pandangan Nazi
pada islam
pada bulan November
1938 sebuah surat kabar bernama Die Welt, dengan merujuk pada artikel yang
muncul di Der Arbeitsmann, menulis sebagai berikut: "Inti utama dari
artikel tersebut adalah pujian akan konsep Islam tentang takdir, sebagai sebuah
contoh komperehensif akan ide-ide tentang nasib yang akan datang. Hal ini
sekaligus pula bertentangan dengan konsep-konsep yang diyakini oleh doktrin
Kekristenan yang selama ini berlaku." Di pihak lain, dengan merujuk pada
mingguan Berlin Fridericus, sebuah majalah Prancis menulis bahwa "jumlah
orang-orang yang masuk Islam yang semakin meningkat sampai saat ini tak pernah
menimbulkan masalah berarti di Jerman."
Fridericus
mengklaim bahwa hal ini disebabkan oleh konsep Islam yang
"memproklamasikan prinsip-prinsip vital dari etika yang sudah terbina,
sehingga sangat mungkin untuk dikonfirmasikan." Dengan mengharmonisasikan
ide-ide keadilan dan pengampunan, Islam telah membuat "banyak orang-orang
Nordik yang merasa tertarik dengan ajaran-ajaran pembebasan dan keseteraan yang
dikemukakannya."
Der Welt
menyimpulkan laporannya: "Orang-orang Austria yang bergabung kembali
dengan Reich mendapati bahwa di ibukota yang baru kini berkembang penelitian
dan minat yang besar akan agama Muhammad, sehingga kita bisa melihat bertambahnya
orang-orang lokal yang memproklamirkan diri sebagai pengikutnya (seperti
tercatat di laporan resmi pemerintah). Di pihak lain, propaganda-propaganda
terencana yang mendukung ditinggalkannya ajaran-ajaran Gereja Kristen malah
semakin berkembang." (dikutip dari buku "Nazisme et Islam" karya
Omar Amin Mufti).
Sebelum saya
melanjutkan cerita zzzz ini (tewaak!), saya merasa perlu untuk memberikan
sedikit pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan Third Reich. Meskipun saya
berusaha sebisa mungkin untuk bersikap fair dalam artikel-artikel ini, saya
juga tidak memungkiri bahwa ada banyak elemen-elemen dari kekuatan Eropa yang
menonjol di pertengahan abad ke-20 ini yang membuat saya terkagum-kagum.
Satu yang jelas
adalah kebohongan luar biasa yang ditelan mentah-mentah oleh kebanyakan dari
kita yang berkaitan dengan sikap rasis para Nazi. Hal ini adalah sesuatu yang
wajar, karena kita perlu ingat bahwa sejarah selalu ditulis oleh si pemenang,
dan khusus dalam hal ini telah ditambahi pula oleh propaganda-propaganda tak
kenal henti dari media massa dunia yang hampir sepenuhnya dikuasai oleh Yahudi.
Saya sangat percaya
bahwa bila kita ingin mendapat fakta yang jernih dari bias dan
kepentingan-kepentingan sekelompok orang, maka kita harus meneliti sejarah
periode tersebut dengan membawa hati yang jujur dan fair sehingga kesimpulan
yang kita ambil nantinya bukanlah sesuatu yang hanya menjadi pengekor dari
"trend" yang berlaku saat ini. Tidak selalu kenyataan adalah apa yang
diyakini oleh orang banyak, karena seperti yang Hitler telah katakan sendiri:
"Apabila suatu kebohongan dijejalkan terus-menerus, maka orang akan
menganggapnya sebagai sebuah fakta."
Iya memang Jerman
zaman Nazi menerapkan sistem rasialisme dalam pemerintahan mereka, tapi sistem
yang seperti apa? Nah, semoga ilustrasi ini bisa membantu anda:
2.RASIALISME NAZI:
"Rasialisme
Jerman berarti penemuan kembali nilai-nilai kreatif dari ras mereka sendiri,
sekaligus penemuan kembali kebudayaan mereka. Usaha pencarian yang mereka
lakukan adalah sesuatu yang mengagumkan dan terhormat. Rasialisme
Nasional-Sosialisme bukanlah dibuat untuk melawan ras lain melainkan dibuat
untuk kepentingan ras sendiri. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan
mengembangkan ras yang sudah ada, dan mengharapkan ras lainnya melakukan hal
yang sama."
"Hal ini
dibuktikan ketika Waffen-SS memperbesar jumlah anggotanya dengan memasukkan
tidak kurang dari 60.000 orang Islam ke dalam jajarannya. Waffen-SS sangat
menghargai cara mereka menjalani hidup, adat kebiasaan, dan terutama keyakinan
religiusnya. Setiap batalion SS Islam mempunyai imamnya masing-masing, dan
setiap kompi mempunyai Mullah. Harapan kita bersama adalah semoga kualitas
mereka mendapat apresiasi setinggi mungkin. Inilah rasialisme yang kita anut!
Aku hadir saat setiap kamerad Islamku menerima hadiah pribadi dari Hitler
selama berlangsungnya tahun baru. Tahukah anda apa hadiahnya? Sebuah liontin
dengan Al-Qur'an kecil di dalamnya! Hitler telah sangat menghormati mereka
dengan memberikan aspek terpenting dalam hidup dan sejarah mereka. Singkatnya,
rasialisme Nasional-Sosialisme merupakan ideologi yang setia pada rasnya
sendiri dan sangat menghormati ras lainnya" (Léon Degrelle, "Epic:
The Story of the Waffen SS," The Journal for Historical Review, vol. 3, no.
4, halaman 441-468).
3.Nazi dan islam:
Dalam Perang Dunia
II, Jerman berperang melawan negara-negara yang selama ini kita kenal sebagai
negara penjajah bangsa-bangsa Muslim seperti Inggris, Prancis, Rusia dan
Belanda. Hal inilah yang menyebabkan jutaan orang Islam di seluruh dunia
mendukung Hitler dan mendaftarkan diri sebagai sukarelawan di ketentaraannya.
Sebagian terbesar dari mereka adalah orang-orang Bosnia, Albania, Chechnya,
Tatar, dan bangsa-bangsa lainnya yang berada di bawah tirani komunis Soviet.
Jangan lupakan pula unit-unit yang terdiri dari para anggota perlawanan Arab
(Freies Arabien).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar